Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pukul 21:17. Koridor-koridor kampus sudah senyap. Hanya
semilir angin malam yang bisa mengetuk gendang pendengaran. Di salah satu
gedung fakultas MIPA, suara ketukan teratur high
heels Priska menggema memenuhi relung malam. Tangan kanannya menyandang
segepok berkas-berkas penelitian. Dia bersama beberapa dosen jurusan Biologi sedang
mengejar deadline salah satu riset mereka
sehingga beberapa hari ini dia harus rela meninggalkan kampus malam-malam.
Walau seorang diri menyusuri koridor yang diterangi dengan
lampu seadanya, Priska tetap terlihat tenang. Dia tidak pernah memasukkan ke
dalam hatinya, kabar kabur mengenai penampakan makhuk dari dunia lain yang
biasa disajikan kawan-kawan sesama dosen atau beberapa mahasiswa yang
bercakap-cakap dengannya. Konon ada arwah mahasiswi bunuh diri yang masih
gentayangan di sekitar laboratorium, ada pula almarhum dosen Belanda yang masih
sering terlihat masuk ke ruangan-ruangan perkuliah. Ada-ada saja. Priska tidak
peduli sedikit pun. Dia tetap menjunjung tinggi rasionalitasnya.
Termasuk saat bulu kuduknya mulai merinding, Priska
menganggap itu pengaruh angin malam yang dingin menyergap. Juga saat kelebat bayangan
hitam melintas cepat di belakangnya dan mendadak dia mencium aroma betadine yang menusuk hidung. Priska
tetap tidak peduli.
Dia baru sedikit terpengaruh oleh suasana sekitar saat
mendekati areal tempat parkir, nampak seorang bapak setengah baya sibuk menyapu
daun-daun kering di tengah taman. Itu pak Tarjo, salah satu petugas kebersihan
Fakultas MIPA. Ternyata Priska bukan orang satu-satunya orang yang masih
bergelut dengan pekerjaan selarut ini….
“Lembur, pak?” Priska menyapa.
Pak Tarjo sedikit terkejut, lalu berbalik mencari asal
suara itu. Berupaya mengenali wajah penyapa di bawah penerangan terbatas, pak
Tarjo memicingkan matanya.
“Eh, bu Priska. Iya bu, biar kerjaan besok cepet tuntas…,”
Priska mengangguk.
“Kalau gitu aku pulang duluan pak, ya. Eh, kenapa gak pakai
jaket pak, dingin loh….,” ucap Priska lagi sambil meneruskan langkahnya.
“Gak apa bu. Baik, selamat jalan, bu.”
Sesampainya di tempat parkir, Priska langsung menuju ke
tempat New Avanza-nya terparkir. Tidak perlu susah-susah mencari karena mobil
yang terparkir di situ sudah bisa dihitung jari lagi. Tak lama kemudian, mobil
itu melaju mulus meninggalkan areal kampus.
******
Pukul 08.00, alarm berbunyi nyaring mengusir keheningan
pagi di kamar Priska. Priska pun mematikan alarm smartphone-nya dan bangun malas-malasan. Hari ini dia tidak ada
jadwal mengajar, hanya mesti tetap ke kampus untuk melanjutkan tugas risetnya
bersama tim. Tapi untuk memastikan dia tidak melewatkan satu agenda pun, dia
menyalakan tabletnya untuk mengecek rencana kerjanya hari ini. Kadang-kadang
dia suka lupa kalau ada janji konsultasi dengan mahasiswanya.
Saat lagi asyik menggeser-geser layar tabletnya, smartphone-nya bernyanyi nyaring. Priska
melirik nama orang yang meneleponnya… Bu Endah? Sepagi, ini pegawai Tata Usaha
Fakultas sudah menelepon? Ada ada mahasiswa yang seminar ya pagi ini? Batin
Priska lalu mengangkat teleponnya.
“…Pagi bu Endah….,”
“Selamat pagi, bu. Maaf mengganggu nih….” terdengar suara
ramah dari seberang sana.
“Nggak apa, bu. Bagaimana? Ada yang bisa saya bantu?”
“Saya hanya mau kasih kabar bu, semalam pak Tarjo meninggal karena sakit
jantung…..”
Priska mengernyit, “Pak Tarjo….??”
“Pak Tarjo cleaning
service, bu…!”
Priska tercekat, sampai lupa berlafas duka seperti
biasanya. Dia malah balik bertanya,
“Meninggal jam berapa, bu? Saya masih semp….”
“Kata keluarganya jam setengah sembilan malam masih sempat
dibawa ke rumah sakit. Tapi dokter bilang almarhum sudah keburu meninggal saat
di perjalanan.”
Bibir priska memutih karena pucat. Tangannya mulai
bergetar. Dia benar-benar tidak percaya akan berita yang baru didengarnya.
“…..beberapa dosen dan pegawai fakultas berencana akan
melayat ke rumah duka pagi ini, bu. Kalau ibu ingin ikut dalam rombongan, harap
jam sembilan pagi ini sudah hadir di fakultas.”
……..
“….ibu Priska? Halo? Halo, bu Priska??”
*****
Komentar