Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Tetaplah Menjadi Padi

 


Tetaplah menjadi padi,

pesan embun pada bulir-bulir padi hijau kekuningan.

Tetaplah semakin berisi semakin menunduk

pada tangan dan kaki petani

pada pedagang

pada rantai nilai

pada inflasi

pada ketahanan pangan.

 

Tetaplah menjadi padi,

pesan embun yang semakin memudar seiring naiknya matahari

pada bulir-bulir padi kuning kehijauan.

Kita masih akan bertemu

atau mungkin juga tidak.

Jadi tetaplah menjadi takdir

memberi makan pada peradaban

dalam segala kerendahan hati.



----


Pertama kali tayang di Kompasiana

Ilustrasi gambar dari pixabay.com


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:






Komentar