Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Manusia-manusia Lemah

 


Hai, manusia-manusia lemah
yang ikut cuti di antara hari libur nasional.
Payah kalian!
Lihat aku! aku lebih memilih tegar.
Menunjukkan etos kerja.
Tetap menantang jalanan
dan kehidupan.
Bukan,
Ini bukan tentang budak korporat atau life balance.
Bukankah kita semua adalah budak,
budak dari tuan dan puan dalam bentuk yang lain
pun budak ego kita masing-masing?
Dan kehidupan ...  
percayalah,
kehidupan akan selalu menemukan keseimbangannya sendiri.
 
Ini tentang aktualisasi
yang pertama-tama kutunjukkan kepada diri sendiri
lalu kutunjukkan kepada peradaban.
Ini tentang dedikasi
yang pantang menyerah pada romantisme tanggal merah
dan bantal yang memanggil-manggil di rumah.
 
Hai, manusia-manusia lemah
yang sedang menikmati liburan di akhir pekan yang panjang.
Payah kalian!
Tega sekali kalian meninggalkanku sendirian di sini,
manusia lemah lainnya yang sedang berpura-pura tegar  
agar bisa menulis puisi tentang dedikasi.

---

Pertama kali tayang di Kompasiana


Ilustrasi gambar dari pixabay.com


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:


Komentar