Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Kafe yang Sepi






Rasa bahagia

nelangsa

terkejut

kecewa

lucu

biasanya semua ada di sini

dengan musik latar sebagai pengikatnya.

 

Tapi hari-hari ini cafe kami sepi.

Denting gelas beradu dengan sendok

percakapan kecil di atas sofa

dan di bawah lampu gantung

tidak akan cukup untuk menghalau senyap itu.

 

Jadi biarlah

kami menabung “rasa” yang dibawa pelanggan

yang masih sudi berkunjung

ke dalam celengan ayam.

 

Sedikit demi sedikit

sampai nanti cukup untuk membayar royalti.




Pertama kali tayang di Kompasiana


Ilustrasi gambar dari pixabay.com


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:











Komentar