Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Kekasih Impian

 



Aku mengecup keningmu

mengecup matamu

mengecup bibirmu.

Masih ada garis-garis yang kurang sempurna.

Aku tahu yang harus dilakukan.

 

Aku pun mengambil penghapus dan pensil

lalu mulai memperbaiki gambarmu

sampai sempurna.

 

Aku mengecup keningmu

mengecup matamu

mengecup bibirmu.

Kali ini bukan sketsa

karena kamu tesenyum dan balas mengecupku.

Tapi ...

kamu masih belum sempurna.

Aku tahu yang harus dilakukan.

 

Aku harus bangun dari tidur

dan mulai mencarimu di luar sana.

 

Mungkin

kamu tidak harus sempurna

karena diriku pun demikian.

Tapi kita akan belajar untuk saling melengkapi, bukan?

karena demikianlah cara cinta bekerja.

 

Aku mengecup keningmu

Mengecup matamu

Mengecup bibirmu.

Tahukah kamu yang harus dilakukan?

Kamu pun harus bangun dari tidur

dan mulai mencariku di luar sana.


--- 


Pertama kali tayang di Kompasiana


Ilustrasi gambar dari pixabay.com


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:








Komentar