Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Seperti
di ujung sebuah pagi
saat penggarap-penggarap kebun mengangkat sabit
hendak menyiangi tunas-tunas ilalang di antara tunas-tunas gandum.
Namun pemilik kebun nan bijak cendekia bertitah
“Biarkan keduanya tumbuh bersama,
sampai waktunya tiba.
Panenan gandum dibawa ke dalam lumbung
dan ilalang ke lubang pembakaran.”
.
Demikian pula hakikat manusia.
Kita adalah malaikat sekaligus iblis,
kita adalah terang dan gelap,
siang dan malam,
kita adalah merpati sekaligus ular beludak.
Di dalam hati kita tumbuh kebaikan pula kejahatan.
.
Sehingga Tuhan tidak serta merta melaknat pendosa paling keji,
karena dia masih punya gandum yang tumbuh di antara rimbunnya ilalang.
Pula tidak serta merta menyanjung pendeta paling suci,
karena dia pun masih punya ilalang yang tumbuh di antara bulir-bulir
gandum.
.
Jika Tuhan saja masih memberi kesempatan kepada orang jahat untuk
bertobat
Mengapa kita mengangkat diri menjadi hakim atas sesama kita?
.
Biarlah tiba saatnya nanti,
masing-masing kita dipanggil ke rumah abadi
untuk mempertanggungjawabkan dosa dan amal di dunia fana ini.
.
Lalu lihatlah,
gandum dipanen dan ilalang dibawa ke tempat pembakaran.
___________
ilustrasi gambar dari: www.gkikotamodern.org
Baca Juga:
Komentar