Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Royalti untuk Pengamen Cilik





Bibir pengamen cilik melengkungkan senyum 
jemarinya yang menghitam karena acap dikecup matahari
menari lincah di antara senar E, B dan G 
gitar bolong peninggalan almarhum ayah.

Sesekali matanya setengah tertutup
atau mungkin setengah terbuka
entahlah
yang jelas 
dia begitu menikmati melodi lagu pemungkas pertunjukkan senja itu. 

Dia begitu bahagia
bukan karena regulasi anyar telah berpihak pada musisi 
persetan dengan itu!

Pun dia tidak peduli 
kalau melodi yang lahir dari naluri dan sinar matahari itu
akan dicuri dan dikomersialkan orang lain tanpa permisi. 

Sebentar lagi matahari koprol ke ujung barat.
Baginya 
dompet yang penuh terisi oleh rupiah pengunjung yang bersimpati
lebih nikmat dari royalti mana pun.  

------


ilustrasi gambar dari freepik.com 



Baca Juga Fiksi Keren lainnya:




  

Komentar

michelle mengatakan…
Izin promo ya Admin^^
bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~ :))
pical gadi mengatakan…
Terima kasih