Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Luka


 

Berterimakasihlah pada luka
yang sudah kering 
atau masih membasahi hatimu dengan pilu
yang sudah tertutup
atau masih menganga.
 
Pada setiap gurat kesakitan yang ditorehkannya
luka mengajarmu mengecup sisi lain kehidupan 
yang mungkin belum pernah kauselami
yang terabaikan
yang tertutup rapat 
yang tidak kaukenali
sampai luka yang terbuka menyingkapnya untukmu.

Memang sakit 
tapi dia selalu menjadikanmu lebih kuat dari sebelumnya
memang perih
tapi dia akan menempamu jadi lebih dewasa.

Berterimakasihlah pada luka-luka
yang sedang kaurawat sepenuh hati
atau yang sudah pergi meninggalkan markah. 

Pada jejak-jejak yang ditinggalkannya 
kamu akan belajar
sesungguhnya luka pun bisa merawatmu sepenuh hati.


----  


ilustrasi gambar dari freepik.com 



Baca Juga Fiksi Keren lainnya:








Komentar