Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Pemuda Rusia dan Gadis Ukraina

 


Tanpa kata-kata
seorang pemuda memandang wajah seorang gadis, kekasih hatinya.
Wajah mereka dibatasi kaca jendela kamar sang gadis
yang memantulkan cahaya bulan setengah purnama.
 
Tanpa kata-kata
mereka berbagi ketakutan dan kesedihan.
 
“Kamu harus segera pergi,” ucap pemuda.
Gadis jelita mengangguk pelan.
 
Tanpa kata-kata pemuda pun meninggalkan rumah sang gadis
bulir air mata jatuh dalam senyap
lalu malam meniup embun ke kaca jendela.
 
Tidak sampai 24 jam kemudian
kaca jendela hancur berkeping-keping
akibat ledakan salah satu rudal dari pesawat pengebom
setelah itu angkatan darat merangsek masuk
bersama kendaraan-kendaraan lapis baja merayapi jalan-jalan kota
yang sepi seperti kuburan.
 
Di antara pasukan infantri
sang pemuda menatap nelangsa ke arah rumah sang gadis.
 
Cinta tidak kenal geopolitik
pun tidak kenal warna bendera kebangsaan
jadi mereka hanya bisa berharap agar perang segera berlalu.

--- 


Tayang pertama kali di Kompasiana | ilustrasi gambar dari pixabay.com 


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:







Komentar