Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Perahu Layar dari Suara Gitar

 


Kepingan-kepingan cinta datang bersama rembulan.
Sayup-sayup denting gitar jadi anak tangga
agar sang pemuda bisa naik ke atas sana
memetik kepingan-kepingan itu
dan memberikannya pada sang gadis.
Mestinya …
 
Tapi yang terjadi
mereka berdua hanya bernyanyi lirih
mengikuti ritme dan chord gitar
kadang salah lirik
dan keduanya larut dalam tawa malu-malu.
 
Kini mereka menyanyikan lagu Tulus - Hati-hati di Jalan
tapi dalam hati sesungguhnya
keduanya berharap tidak ada yang buru-buru menyudahi pertemuan itu.
 
Setelah tiga atau empat lagu kemudian
denting gitar berubah menjadi perahu layar
yang siap mengantar mereka mengarungi malam.
 
Dalam pelayaran itu
mereka tidak perlu gugus bintang atau angin buritan
karena sudah ada bintang-bintang dalam tatapan mata mereka
dan sudah ada angin buritan dalam detak jantung mereka. 

--- 


ayang pertama kali di Kompasiana | ilustrasi gambar dari pixabay.com 


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:








Komentar