Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Cangkir Berisi Senja, Hujan, Kenangan dan Harapan

 


Sesendok hujan
sesendok kenangan
sesendok harapan
lebur di dalam cangkir kopi
bersama senja yang baru dijerang dari atas tungku.
 
Aku memandang sekitar
mencari teman ngopi di antara belantara metropolitan
sembari menyesap isi cangkir perlahan.
 
Nikmat!
Getir dan manis sekaligus.
 
Nihil. Tidak ada teman ngopi sejauh mata memandang.
Semua orang memang meramu minuman yang sama
tapi alih-alih menyesap isi cangkirnya
mereka lebih memilih berenang di dalamnya. 
 
Aku juga selalu tergoda melakukannya
tapi bukankah semua orang punya pilihan?
Menikmatinya dari dalam atau dari luar cangkir
bebas!
 
Yang jelas
senja dan hujan ini sayang untuk dilewatkan begitu saja.

---

Tayang pertama kali di Kompasiana | ilustrasi gambar dari pixabay.com 


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:





Komentar