Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Kita
sudah seharian berjibaku dengan kehidupan
entah
kita menang sebagai jawara
atau kalah babak belur dan berdarah-darah.
Matahari
yang tersaji dalam cangkir pun sudah kita minum sampai habis
rasanya
kadang getir seperti empedu
kadang
juga manis seperti madu
selagi
lidah masih bisa mengindra.
Lalu
sesampai di ujung malam
tiba
saatnya menyeka darah dari luka
memerasnya
ke dalam cangkir bekas matahari
untuk
meminum sarinya yang memulihkan dan meneduhkan.
Jika
malam itu kita beruntung
semesta
akan mengisi kembali cangkir dengan purnama
dan
kekasih melabuhkan kecupan seperti malam pertama.
Tapi
malam yang damai hanya sesaat
karena
cangkir seperti itu tidak akan pernah kosong
selagi kehidupan masih menunggu dengan setia di ambang jendela.
---
Tayang pertama kali di Kompasiana | ilustrasi gambar oleh pexels dari pixabay.com
Komentar