Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Bermimpilah

 



Bermimpilah ...

selagi tidurmu masih sepanjang malam

dan malammu masih sepanjang kenyataan.

Nikmati aroma purnama seperti menghidu petrikor

yang dibungkas hujan dari sela-sela tanah.

 

Bermimpilah

Selagi rasi bintang masih memandu atmamu

mengarungi samudra raya tak bertepi

sebelum kapal layar melabuhkan sauh

di dermaga terakhir.

 

Bermimpilah

sebelum matahari muncul dari balik bukit

menyeduh embun dan kabut di atas atap

menjadi bulir-bulir kenangan

yang memenuhi ruang rindu di dalam dada.



Tayang pertama kali di Kompasiana | ilustrasi gambar dari freepik.com 


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:








Komentar