Postingan

Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Cinta Bisa Membunuhmu

Cinta Oplosan

Coklat Terakhir

Hujan yang Menepati Janji

Langit Biru

Cuek Saja, Pak

Hati yang Terkoyak

Panah Asmara

Bisa Jadi yang Terakhir

Likuifaksi

Hantu Mata Satu

Mati itu Bahasa Takdir

Politik Dua Kaki dan Agen Ganda

Sekali Lagi Kita Diuji

Nakal